Korosi di Dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah

Korosi merupakan salah satu musuh utama di dalam instalasi pengolahan air limbah. Tidak hanya dapat merusak struktur dan peralatan di dalam IPAL, korosi juga dapat menambah polutan di dalam air limbah. Seperti dikutip dari mintek.com[1], korosi dapat terjadi akibat beberapa faktor yaitu elektro-galvanis, elektrolisis, bakteri, dan kimia. Korosi akibat elektro-galvanis dikenal juga dengan karat yaitu apabila molekul oksigen bereaksi dengan molekul besi. Korosi akibat elektrolisis diakibatkan oleh terbentuknya arus listrik dari asam dan basa yang terdapat di dalam air limbah. Ada pula bakteri yang dapat memakan besi atau logam lainnya sehingga menimbulkan korosi. Sementara itu beberapa zat kimia memang korosif dan dapat menyebabkan korosi dengan kontak langsung.

Bakteri Penyebab Korosi

Bakteri yang berperan sebagai penyebab korosi yaitu bakteri yang mampu melakukan metabolisme sulfur (penyebab korosi pada beton, baja, atau besi) dan mengoksidasi besi (penyebab utama korosi pada baja karbon)[2]. Kelompok bakteri yang paling penting dalam korosi berasal dari genus Thiobacillus antara lain Thiobacillus thiooxidans, Thiobacillus intermedius, dan Thiobacillus ferrooxidans [2]. Bakteri lain penyebab korosi dapat dilihat pada tabel berikut [2] :

Genus atau Spesies Rentang pH Rentang temperatur (oC) Kebutuhan Oksigen Logam yang Terpengaruh
Desulfobrio desulfuricas 4 -8 10 -40 Anaerob Besi dan baja, aluminium, seng, alloy tembaga
Desulfotomaculum nigrificans (dikenal juga dengan Clostridium) 6 – 8 10 a�� 40 (beberapa pada 45 a�� 75) Anaerob Besi dan baja, stainless steel
Desulfomonas 10 – 40 Anaerob Besi dan baja
Thiobacillus thiooxidans 0.5 – 8 10 – 40 Aerob Besi dan baja, alloy tembaga, beton
Thiobacillus ferrooxidans 1 – 7 10 – 40 Aerob Besi dan baja
Gallionella 7 -10 20 – 40 Aerob Besi dan baja, stainless steel
Sphaerotilus 7 -10 20 – 40 Aerob Besi dan baja, stainless steel
Sphaerotilus natas, Pseudomonas 4 – 9 20 -40 Aerob Aloy aluminium, besi dan baja, stainless steel
Pseudomonas aeruginosa 4 – 8 20 – 40 Aerob Aloy aluminium

 

Hidrogen Sulfida

Hidrogen sulfida (H2S) merupakan gas yang berbau seperti telur busuk. Gas ini terbentuk dari reduksi senyawa sulfat. Selain menimbulkan bau yang tidak sedap, H2S bersifat korosif dan dapat langsung menyebabkan korosi pada material besi, seng, tembaga, timbal, dan cadmium [3]. Korosi H2S terjadi antara lain akibat 1. asam yang ditimbulkan dari aktivitas mikroorganisme yang mengoksidasi H2S menjadi asam sulfat dalam kondisi yang lembab serta 2. kontak langsung antara logam-logam seperti tembaga, besi, dan baja dengan H2S [4]. Di dalam pipa, H2S yang terbentuk akan dilepaskan ke udara dan yang berada di permukaan air akan teroksidasi pada pipa menjadi H2SO4. Bakteri-bakteri seperti Thiobacillus concretivorous, Thiobacillus neapolitanus, Thiobacillus ferro-oxidans, atau Thiobacillus thioxidans menggunakan H2S dan CO2 sebagai sumber sulfur dan karbon mereka. Seiring dengan berjalannya waktu, kemampuan netralisasi pH yang terdapat pada material pipa beton menurun dan bakteri-bakteri tersebut mendominasi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi korosi H2S pada pipa besi atau beton yaitu [3],[4]:

  1. Konsentrasi oksigen terlarut
  2. Tingkat aktivitas mikroorganisme
  3. Tingkat keasaman air limbah
  4. Konsentrasi sulfide terlarut
  5. Turbulensi air limbah
  6. Temperatur air limbah
  7. Alkalinitas beton dan agregatnya

Sumber:

[1] mintek.com (diakses 29 Juni 2013)

[2] Hampton Roads Sanitation District (diakses 29 Juni 2013)

[3] Water Environment Research Foundation (diakses 29 Juni 2013)

[4] USEPA report a�?Hydrogen Sulfide Corrosion in Wastewater Collection and Treatment Systema�? (diakses 29 Juni 2013)