Minimasi Produksi Air Limbah pada Industri Pengolahan Pangan

Industri pengolahan pangan (food processing industry) mengkonsumsi air dalam jumlah sangat besar dalam kegiatannya, mulai dari proses produksi, pembersihan alat-alat produksi, hingga aktivitas di luar kegiatan produksi. Selain memerlukan biaya yang besar untuk kebutuhan air, aktivitas di industri ini juga a�?menyumbangkana�? polutan ke lingkungan berupa kadar BOD yang tinggi di dalam air limbahnya. Kali ini saya akan sharing salah satu studi kasus yang terjadi di salah satu industri pengolahan pangan di Amerika Serikat, The Equity Group, A�mengenai cara yang mereka tempuh dalam mengurangi produksi air limbah mereka.

Konsep Program Pencegahan Polusi -Pollution Prevention Program, PPP

Penanganan masalah limbah di dalam pabrik dilakukan dengan melaksanakan program pencegahan polusi atau Pollution Prevention Program (PPP). Langkah-langkah yang ditempuh antara lain:

  1. Pembinaan dalam hal penggunaan air
  2. Pemantauan pabrik dan mencari tahu tempat-tempat yang bermasalah
  3. Evaluasi proses di dalam pabrik
  4. Promosi teknik pembersihan tanpa air (dry cleanup)
  5. Pembaruan serta pemanfaatan limbah
  6. Peningkatan kinerja pengolahan pendahuluan limbah

Edukasi mengenai pemakaian air sangat penting baik bagi kalangan manager maupun karyawan. Tanpa edukasi yang baik, tidak akan ada upaya konservasi air yang berakibat pada peningkatan volume air limbah. Para manager atau supervisor merupakan sosok yang dapat menjadi contoh bagi bawahannya. Karyawan akan cenderung lebih termotivasi apabila atasan mereka berkomitmen tinggi dalam langkah reduksi penggunaan air. Terkadang fasilitas pendukung juga diperlukan untuk pelaksanaan program ini, misalnya keran air yang menggunakan sensor atau toilet yang kapasitas tangki airnya tidak terlalu besar.

Salah satu cara untuk mengurangi produksi air limbah di dalam pabrik adalah dengan A�cara memantau prosesA� yang terjadi dari hulu ke hilir untuk mengetahui lokasi mana saja yang menghasilkan air limbah. Dari hasil pemantauan yang dilakukan di Equity Group, diperoleh hasil bahwa lebih dari separuh limbah yang dihasilkan berasal dari kegiatan pembersihan dengan metode basah (wet cleanup). Limbah yang berupa adonan, tepung, potongan daging, darah, lemak, dan bongkahan daging dibuang ke saluran air limbah (drain). Metode yang disarankan adalah memisahkan limbah padatan dari limbah yang berbentuk liquid untuk kemudian dilakukan pembersihan dengan metode kering (dry cleanup). Selain itu, dalam pemantauan proses di Equity Group ditemukan kebiasaan para pekerja yang selalu menyiram bermacam limbah , baik cair maupun padat, ke saluran air limbah.

Langkah yang ditempuh Equity Group adalah dengan cara mempromosikan teknik dry cleaning, yaitu membersihkan tumpahan yang berupa padatan di lantai tanpa menggunakan air. Setelah semua padatan disingkirkan, barulah lantai dibersihkan dengan air. Ternyata, dengan metode seperti ini beban BOD5 di dalam air limbah mereka dapat berkurang hingga 50 persen. Limbah padat yang pada mulanya dibuang ke saluran limbah cair, dikirim ke salah satu perusahaan di Atlanta untuk dimanfaatkan sebagai pakan hewan. Inspeksi peralatan produksi pun penting dilakukan, karena apabila kondisinya tidak optimal (peralatan using, rusak, maupun bocor)maka dapat menjadi penyebab terjadinya tumpahan-tumpahan yang tidak semestinya.

Metode pengelolaan air dan limbah di Equity Group tidak hanya mengurangi beban pencemaran air limbah mereka, namun juga berdampak pada cost yang harus dikeluarkan. Biaya tambahan yang dikeluarkan untuk penanganan limbah menurun dari rata-rata US$ 11,000 hingga US$ 39 per bulannya. Untuk menjamin keberlangsungan hal ini, perlu dilakukan pemantauan program secara berkala antara lain dengan training bagi karyawan baru serta melakukan penilaian terhadap karyawan lama.

Nah, semoga artikel tersebut bermanfaat dan dapat menjadi referensi untuk mengelola limbah di industri tempat Anda bekerja!

Sumber : www.bae.ncsu.edu/programs/extension/publicat/wqwm/cd35.html (diakses tanggal 9 Desember 2011)